Monday, November 12, 2012

Mengikuti Jejak Para Pahlawan....

Tanggal 10 Nopember yang setiap tahunnya kita peringati sebagai hari Pahlawan baru saja kita peringati. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, selalu ada kemeriahan dan upacara peringatan dengan biaya yang kadang-kadang tidak murah.  Dengan maksud entah untuk mengenang semangat dan jasa para pahlawan, ataupun hanya sekedar hiburan bagi masyarakat sebagai pelipur lara dari kondisi aktual sekarang ini yang mungkin masih jauh dari harapan dan cita-cita pengorbanan para pahlawan kita.

Para "Founding Father" negara ini, telah merelakan apa saja yang mereka punyai; air mata, harta, bahkan darah dan nyawa, demi mengantar berdirinya negara ini dan pula mempertahankan kemerdekaannya. Demi mewujudkan cita-cita mulia untuk bisa berdiri diatas kaki sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, seperti yang termaktub pada Pembukaan Undang-Undang Dasar th 1945:

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
  • Ketuhanan Yang Maha Esa,
  • kemanusiaan yang adil dan beradab,
  • persatuan Indonesia, dan
  • kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
  • serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

  • Itulah cita-cita luhur dari para pahlawan pendiri bangsa ini. Akan tetapi ironisnnya, setelah para penjajah pergi dari tanah air ini. Setelah kemerdekaan berhasil kita raih dan nikmati sampai usia yang ke 67 tahun, cita-cita mulia untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa rasa-rasanya masih sangat jauh dari kenyataan.

    Banyak hal dasar yang masih belum bisa dinikmati secara merata bagi semua anak bangsa. Pendidikan misalnya.
    Sampai usia kemerdekaan menginjak tahun ke 67, masih banyak anak-anak bangsa ini yang masih belum bisa merasakan pendidikan yang layak. Masih kurangnya fasilitas pendidikan dasar yang ada, kurangnya tenaga pengajar yang ada dan memadai, dll. selalu menjadi masalah bagi bangsa ini.

    Pada intinya, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
    Juga menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

    Relevansi langsung dari kondisi pendidikan di negara kita adalah semakin meningkatnya jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di negara kita disetiap tahunnya. Menurut data statistik kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia, sejak tahun 2007 hingga tahun 2011, terjadi kenaikan jumlah kasus yang terjadi setiap tahunnya. Suatu hal yang sangat memprihatinkan sekali bagi kita semua. Di satu sisi angka kasus kecelakaan kerja kita pertahunnya masih demikian tingginya. Dan angka-angka itupun masih terus merangkak naik setiap tahunnya.



    Sehingga berkaca dari fenomena dan data yang ada, seharusnya masyarakat ataupun semua orang memberikan perhatian lebih pada masalah kecelakaan kerja tersebut. Seharusnya bukan hanya masalah UMK/UMR aja yang menjadi perhatian dari kita semua, akan tetapi masalah tingginya tingkat kecelakaan kerja yang terjadi  di perusahaan-perusahaan yang ada juga ikut menjadi perhatian dan kepedulian kita semua. Oleh karena itu tergerak oleh kondisi ketenaga kerjaan yang ada dinegara kita dan kaitannya dengan output dari lembaga pendidikan -yang ada, utamanya SMK(yang saat ini meluluskan tenaga tenaga siap kerja), maka Safety Indonesia Mengajar(SIM) berusaha dengan segala keterbatasan dan kekurangannya untuk sedikit membantu lembaga pendidikan(SMK) dengan membantu memberikan pendidikan safety bagi siswa- siswa calon lulusannya agar menjadi calon tenaga kerja baru yang siap pakai, yang berkompetensi dan berperilaku aman dan mampu bekerja dengan selamat.

    No comments:

    Post a Comment